Oleh
Jusman as-Sinjayi
Tanggal 14 Pebruari merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh
banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi lainnya. Hal
ini disebabkan kepercayaan mereka bahwa pada hari ini adalah hari untuk
mengungkapkan rasa kasih sayang.
Bertukaran
bingkisan, bertukaran coklat, bertukaran kartu bertema cinta, semarak warna
pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya
menjadi ciri khas dari hari ini. Valentine’s Day, itulah nama yang mereka
berikan untuk hari ini, sebuah hari di mana sebagian orang menjadikan hari ini
sebagai hari khusus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang mereka.
Tak terhitung ribuan
bahkan jutaan orang merayakan sebuah hari yang kita kenal sebagai Hari St.
Valentine ini. Jutaan kartu berbentuk hati dan cokelat diberikan sebagai
hadiah, bahkan gereja-gereja mengadakan
pesta besar-besaran pada hari yang juga disebut "Hari Cinta" ini. Di
sekolah-sekolah, dari pra sekolah hingga Teman Kanak-kanak, anak-anak sampai
orang dewasa dari segala usia juga turut serta melakukan pertukaran kartu yang
berbentuk hati dan kata-kata yang terdengar dimana-mana pada hari ini adalah, “Be
my valentine”.
Sebenarnya
kebiasaan memberi hadiah untuk orang lain merupakan suatu perbuatan yang baik.
Akan tetapi, memberikan hadiah, bertukaran bingkisan dan lain sebagainya pada
perayaan Valentine, hanya akan merusak pemberinya dan penerimanya. Hal ini
disebabkan pemberi hadiah tidak saja menghabur-hamburkan uang mereka untuk
menggarap semua merek coklat yang ada di took-toko, akan tetapi juga akan
menggarap siapa saja yang akan menerima coklat tersebut. Demikian pula orang yang
menerima hadiah tersebut tidak saja memakan hadiah yang diberikan, akan tetapi juga akan memakan orang yang memberikan
hadiah. Karena hadiah yang diberikan, tidak lebih hanyalah sebagai kunci untuk
bisa berkencan, berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting
bahkan kegiatan pribadi suami dan istri.
Add caption |
Inilah
sebenarna hakikat dari perayaan valentine yang oleh orang Barat telah
disamarkan dengan nama “hari kasih sayang”. Orang barat memang tidak bisa
membedakan antara cinta dan zina, sehingga ungkapan kasih saying yang dimaksud adalah
melakukan hubungan kelamin alias zina. Maka tidak hairan jika ada yang
mengatakan bahwa semangat Valentine adalah semangat berzina atau perayaan
Valentine adalah perayaan zina sedunia. Hal ini karena kejadian di lapangan
membuktikan demikian, bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi
putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan
jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu
adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Kenyataan yang
menyedihkan adalah kebiasaan yang dibuat oleh orang-orang barat tersebut, telah
menular dan menjangkiti kaum muslimin seperti virus-virus yang menggerogoti
anggota tubuh. Dan yang lebih menyedihkan, kebanyakan orang tidak pernah
mempertanyakanya, mereka hanya ikut-ikut saja dan tak mau tahu darimana
sebenarnya asal usul tentang valentine.
Jika kita
telusuri sejarah Valentine, maka kita akan mendapati bahawa perayaan Valentine
berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan budaya syirik yang akan merusak Aqidah. Kemudian perayaan tersebut
dirubah menjadi hari perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas
inisiatif Paus Gelasius I, yang kemudian
dirayakan pada tanggal 14 Februari
bertepatan dengan matinya St. Valentine untuk menghormati tokoh Nasrani
tersebut yang mereka anggap sebagai
pejuang dan pembela cinta.
Selain dari
pada itu, perlu diketahui bahwa Kata “Valentine” itu sendiri berasal dari
bahasa Latin yang berarti “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”.
Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi (pernyataan
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?).
Mengetahui hal
tersebut, dapat dikatakan mengucapkan kata “to be my Valentine”, berarti
meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”.
Ini merupakan perbuatan syirik, karena menyamakan makhluk dengan Sang
Khalik, jadi menghidupkan budaya Valentine sama dengan menghidupkan budaya
syirik yang akan merusak agama dan aqidah kita.
Dengan
demikian, merayakan Valentine atau orang yang merayakan Valentine sedang
merayakan hari kematian St. Valentine, mengidolakannya sebagai sosok tokoh Nasrani sang pejuang dan pembela
cinta dan juga sedang menumbuhkan budaya syirik. Maka dari itu maka simaklah
hidis berikut:
Anas mengatakan “Kami tidaklah pernah merasa
gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang
engkau cintai)”, (HR. Bukhari)
Lalu bagaimana jika yang dicintai dan
diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan
pejuang cinta ?, Bagaimana jika melakukan kesyirikan yang dilarang oleh Agama
dan pelakunya tidak akan masuk surga malah anda yang ikut menyuburkannya ?, Maukah
anda dikumpulkan bersama tokoh Nasrani tersebut ?, Jika Anda seorang muslim,
manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama
tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir ?, tentu anda memilih meningalkan
perayaan Valentine dan memilih berkumpul bersama orang-orang yang soleh, karena
anda tahu bahwa merayakan Valentine hanya akan mengantarkan anda pada pintu Neraka.
Maka dari itu, mulai saat ini jauhi dan katakan “tidak” untuk Valentine.
0 komentar:
Posting Komentar