Pages

Rabu, 12 Desember 2012

Cintailah Kebersihsan



Oleh: Jusman as-Sinjayi


Seorang anak memaki habis-habisan teman sekamarnya karena kekesalannya. Kebiasaan temannya membuang tysu di lantai kamar dan membiarkan alat makan yang telah dipakainya begitu saja tanpa di cuci dan di simpan pada tempatnya membuatnya naik pitam. Kamar yang dibersihkannya setiap hari, selalu saja berantakan dan dipenuhi dengan sampah. Tysu berserakan di mana-mana, piring-piring dan gelas-gelas kotor dipenuhi dengan semut, di tambah lagi bau basi piring-piring tersebut membuatnya muak dan habis kesabaran, “hei, kau tau nga tempat sampah ?”, kau anggap orang yang tinggal di sini anjing apa manusia?”, katanya kesal.
Jika anda pernah mondok atau ngekos bareng, anda mungkin salah seorang yang pernah merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan anak tersebut, atau anda mungkin melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan teman anak tersebut. Memakai piring kemudian tidak mencucinya, menyimpannya di bawa ranjang, membiarkan sisa nasi yang ada pada piring tersebut basi, berulat, kemudian ditumbuhi jamur berwarna kuning sampai bekas tersebut kering.
Apakah anda seperti anak tersebut atau temannya ?, saya berharap anda bukan seperti teman anak tersebut, karena mu’min adalah Khalifah di muka bumi ini, takkanlah Khalifah membuang sampah di sembarang tempat atau membiarkannya berserakan di mana-mana, bukankah anda adalah orang yang harus mengatur dan menata lingkungan tersebut ?, bagai mana anda bisa mengatur  bumi ini jika mencuci piring saja anda tak sanggup ?.
Juka kita perhatikan, masih banyak di antara kita yang bukannya membersihkan tapi malah melakukan hal yang sebaliknya, padahal ummat Islam yang disebut “Khairu Ummatin” ( umat yang terbaik ), dituntut tanggung jawabnya untuk menjadi teladan dalam memelihara kebersihan dan mampu membudayakan hidup bersih, baik karena motif ibadah ataupun hidup sehat.
Mungkian ada banyak orang yang mencintai kebersihan, akan tetapi kecintaan mereka tidak tampak disebabkan lebih banyaknya orang yang mungkin tidak cinta akan kebersihan, di mana mereka rela membuang sampah di sembarang tempat padahal ada orang yang bersusah payah membersihkannya. Bukankah lebih baik ikut andil dalam membersihkan (dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat atau mengotori tempat-tempat yang telah dibersihkan) itu lebih baik dari pada menyusahkan orang yang telah bersusah payah membersihkannya.
Bagaimana bisa orang-orang tersebut membuang sampah di sembarang tempat padahal Rasulullah saw telah bersabda, “Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “la ilaha illallahu” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim).
Perhatikan hadist tersebut, jika membuang sampah atau rintangan adalah cabang iman yang paling rendah maka bagai mana keimanan orang yang malah mengotori ?, bukankah sampah-sampah itu akan menjadi mudharat bagi banyak orang ?, dengan tidak memperhatikan kebersihan, maka lingkungan akan menjadi kotor dan dari kotoran-kotoran itu akan timbul berbagai penyakit yang merugikan banyak orang, apakah orang seperti ini belum mendengar sabda Rasulullah saw" , لا ضرر ولا ضرار” ?. ia tidak saja merugikan orang lain, tapi juga merugikan dirinya.
Kebersihan merupakan permasalahan yang seharusnya kita perhatikan. Mari kita lihat Negara-Negara maju, sejauh mana mereka memperhatikan kebersihan di negri mereka, lihatlah bertapa tingginya kesadaran mereka akan pentingnya kebersihan, mereka membuat berbagai macam peraturan agar terciptanya lingkungan yang bersih, mereka sanggup mengeluarkan biaya yang begitu besar agar lingkungan mereka tetap terjaga kebesihanya.
 Kita tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh, di negri jiran misalnya, tepatnya di Tawau (kota kecil di perbatasan Kalimantan Timur), sangat memperhatikan kebersihan. Jika anda berkunjung kesana, saya yakin anda tidak akan berani dan pasti akan malu membuang sampah di sembarang tempat. Kota ini di bangun dengan penataan yang begitu rapi, tempat-tempat sampah di jumpai di mana-mana, parit-parit di buat sedemikian rupa sehingga tak sedikitpun air bisa tergenag dan sudah dipastikan, disana anda tidak akan menjumpai sampah tercecer walaupun hanya puntung rokok.
Mungkin mereka melakukan itu semua bukan atas dasar ibadah, tetapi hanya karena mereka mencintai kebersihan dan keindahan. Agama islam yang menaruh perhatian sangat tinggi terhadap kebersihan, tidak saja melihat kebersihan itu sebagai suatu keindahan, tapi juga melihatnya sebagi ibadah dan suatu kewajiban yang menjadi syarat diterimanya sebuah ibadah. Itulah sebabnya hampir disetiap kitab-kitab Fiqh dimulai dengan pembahasan tentang thaharah (bersuci).
 Tujuan dimulainya pembahasan tentang thaharah, selain agar ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah swt, juaga agar  kita tahu bahwa agama Islam memiliki ajaran kebersihan yang amat lengkap. Agama islam tidak saja mengajarkan tentang kebersihan lahiriyah tetapi juga mencakup kebersihan hissiyah.
Islam memberikan prioritas pada masalah kebersihan itu dalam ajaran “ Thaharah ” sebagai wujud nyata dari usaha untu membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, menyehatkan lingkungan hidup manusia, terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air dan udara. Hidup bersih hendaknya menjadi sikap masyarakat Muslim, karena hidup bersih merupakan tolak ukur dari kehidupan Muslim.
Namun dalam aspek perilaku, masyarakat Muslim belum sebagaimana yang dikehendaki ajaran Islam itu sendiri. Maka tidak heran bila orang sering bicara tentang kebersihan di negara-negara maju yang kebetulan non-Muslim amat mengagumkan, Padahal jika kita mencoba menerapkan apa yang di ajarkan oleh agama kita pasti kita akan lebih baik dari mereka.
Untuk itu, berusaha hidup bersih dan mencintai kebersihan merupakan suatu keharusan, karena bersih itu indah dan Allah swt mencintai keindahan. Ketahuilah bahwa  ajaran kebersihan yang diajarkan di dalam islam tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup bagi setiap muslim.
Oleh karena itu mulai hari ini, tanamkan tekad dalam diri untuk menjadi muslim yang memperhatikan kebersihan, mencintai kebersihan, menjaga lingkungan dan tempat tinggal agar tetap bersih, mencengah siapa saja yang akan mengotorinya, mulailah pada diri sendiri, mulailah di lingkungan tempat tinggal kita dan jika kita tidak mampu, maka paling tidak kita tidak mengotori lingkungan dan tempat tinggal kita. Muali hari ini, hidup bahagialah dengan kebersihan.



0 komentar:

Posting Komentar

Cintailah Kebersihsan



Oleh: Jusman as-Sinjayi


Seorang anak memaki habis-habisan teman sekamarnya karena kekesalannya. Kebiasaan temannya membuang tysu di lantai kamar dan membiarkan alat makan yang telah dipakainya begitu saja tanpa di cuci dan di simpan pada tempatnya membuatnya naik pitam. Kamar yang dibersihkannya setiap hari, selalu saja berantakan dan dipenuhi dengan sampah. Tysu berserakan di mana-mana, piring-piring dan gelas-gelas kotor dipenuhi dengan semut, di tambah lagi bau basi piring-piring tersebut membuatnya muak dan habis kesabaran, “hei, kau tau nga tempat sampah ?”, kau anggap orang yang tinggal di sini anjing apa manusia?”, katanya kesal.
Jika anda pernah mondok atau ngekos bareng, anda mungkin salah seorang yang pernah merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan anak tersebut, atau anda mungkin melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan teman anak tersebut. Memakai piring kemudian tidak mencucinya, menyimpannya di bawa ranjang, membiarkan sisa nasi yang ada pada piring tersebut basi, berulat, kemudian ditumbuhi jamur berwarna kuning sampai bekas tersebut kering.
Apakah anda seperti anak tersebut atau temannya ?, saya berharap anda bukan seperti teman anak tersebut, karena mu’min adalah Khalifah di muka bumi ini, takkanlah Khalifah membuang sampah di sembarang tempat atau membiarkannya berserakan di mana-mana, bukankah anda adalah orang yang harus mengatur dan menata lingkungan tersebut ?, bagai mana anda bisa mengatur  bumi ini jika mencuci piring saja anda tak sanggup ?.
Juka kita perhatikan, masih banyak di antara kita yang bukannya membersihkan tapi malah melakukan hal yang sebaliknya, padahal ummat Islam yang disebut “Khairu Ummatin” ( umat yang terbaik ), dituntut tanggung jawabnya untuk menjadi teladan dalam memelihara kebersihan dan mampu membudayakan hidup bersih, baik karena motif ibadah ataupun hidup sehat.
Mungkian ada banyak orang yang mencintai kebersihan, akan tetapi kecintaan mereka tidak tampak disebabkan lebih banyaknya orang yang mungkin tidak cinta akan kebersihan, di mana mereka rela membuang sampah di sembarang tempat padahal ada orang yang bersusah payah membersihkannya. Bukankah lebih baik ikut andil dalam membersihkan (dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat atau mengotori tempat-tempat yang telah dibersihkan) itu lebih baik dari pada menyusahkan orang yang telah bersusah payah membersihkannya.
Bagaimana bisa orang-orang tersebut membuang sampah di sembarang tempat padahal Rasulullah saw telah bersabda, “Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “la ilaha illallahu” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim).
Perhatikan hadist tersebut, jika membuang sampah atau rintangan adalah cabang iman yang paling rendah maka bagai mana keimanan orang yang malah mengotori ?, bukankah sampah-sampah itu akan menjadi mudharat bagi banyak orang ?, dengan tidak memperhatikan kebersihan, maka lingkungan akan menjadi kotor dan dari kotoran-kotoran itu akan timbul berbagai penyakit yang merugikan banyak orang, apakah orang seperti ini belum mendengar sabda Rasulullah saw" , لا ضرر ولا ضرار” ?. ia tidak saja merugikan orang lain, tapi juga merugikan dirinya.
Kebersihan merupakan permasalahan yang seharusnya kita perhatikan. Mari kita lihat Negara-Negara maju, sejauh mana mereka memperhatikan kebersihan di negri mereka, lihatlah bertapa tingginya kesadaran mereka akan pentingnya kebersihan, mereka membuat berbagai macam peraturan agar terciptanya lingkungan yang bersih, mereka sanggup mengeluarkan biaya yang begitu besar agar lingkungan mereka tetap terjaga kebesihanya.
 Kita tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh, di negri jiran misalnya, tepatnya di Tawau (kota kecil di perbatasan Kalimantan Timur), sangat memperhatikan kebersihan. Jika anda berkunjung kesana, saya yakin anda tidak akan berani dan pasti akan malu membuang sampah di sembarang tempat. Kota ini di bangun dengan penataan yang begitu rapi, tempat-tempat sampah di jumpai di mana-mana, parit-parit di buat sedemikian rupa sehingga tak sedikitpun air bisa tergenag dan sudah dipastikan, disana anda tidak akan menjumpai sampah tercecer walaupun hanya puntung rokok.
Mungkin mereka melakukan itu semua bukan atas dasar ibadah, tetapi hanya karena mereka mencintai kebersihan dan keindahan. Agama islam yang menaruh perhatian sangat tinggi terhadap kebersihan, tidak saja melihat kebersihan itu sebagai suatu keindahan, tapi juga melihatnya sebagi ibadah dan suatu kewajiban yang menjadi syarat diterimanya sebuah ibadah. Itulah sebabnya hampir disetiap kitab-kitab Fiqh dimulai dengan pembahasan tentang thaharah (bersuci).
 Tujuan dimulainya pembahasan tentang thaharah, selain agar ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah swt, juaga agar  kita tahu bahwa agama Islam memiliki ajaran kebersihan yang amat lengkap. Agama islam tidak saja mengajarkan tentang kebersihan lahiriyah tetapi juga mencakup kebersihan hissiyah.
Islam memberikan prioritas pada masalah kebersihan itu dalam ajaran “ Thaharah ” sebagai wujud nyata dari usaha untu membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, menyehatkan lingkungan hidup manusia, terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air dan udara. Hidup bersih hendaknya menjadi sikap masyarakat Muslim, karena hidup bersih merupakan tolak ukur dari kehidupan Muslim.
Namun dalam aspek perilaku, masyarakat Muslim belum sebagaimana yang dikehendaki ajaran Islam itu sendiri. Maka tidak heran bila orang sering bicara tentang kebersihan di negara-negara maju yang kebetulan non-Muslim amat mengagumkan, Padahal jika kita mencoba menerapkan apa yang di ajarkan oleh agama kita pasti kita akan lebih baik dari mereka.
Untuk itu, berusaha hidup bersih dan mencintai kebersihan merupakan suatu keharusan, karena bersih itu indah dan Allah swt mencintai keindahan. Ketahuilah bahwa  ajaran kebersihan yang diajarkan di dalam islam tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup bagi setiap muslim.
Oleh karena itu mulai hari ini, tanamkan tekad dalam diri untuk menjadi muslim yang memperhatikan kebersihan, mencintai kebersihan, menjaga lingkungan dan tempat tinggal agar tetap bersih, mencengah siapa saja yang akan mengotorinya, mulailah pada diri sendiri, mulailah di lingkungan tempat tinggal kita dan jika kita tidak mampu, maka paling tidak kita tidak mengotori lingkungan dan tempat tinggal kita. Muali hari ini, hidup bahagialah dengan kebersihan.



 

Blogger news

Blogroll

animasi blog

About