Oleh: Jusman as-Sinjayi
Seorang
anak memaki habis-habisan teman sekamarnya karena kekesalannya. Kebiasaan
temannya membuang tysu di lantai kamar dan membiarkan alat makan yang telah
dipakainya begitu saja tanpa di cuci dan di simpan pada tempatnya membuatnya
naik pitam. Kamar yang dibersihkannya setiap hari, selalu saja berantakan dan
dipenuhi dengan sampah. Tysu berserakan di mana-mana, piring-piring dan
gelas-gelas kotor dipenuhi dengan semut, di tambah lagi bau basi piring-piring
tersebut membuatnya muak dan habis kesabaran, “hei, kau tau nga tempat sampah
?”, kau anggap orang yang tinggal di sini anjing apa manusia?”, katanya kesal.
Jika
anda pernah mondok atau ngekos bareng, anda mungkin salah seorang yang pernah
merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan anak tersebut, atau anda
mungkin melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan teman anak tersebut.
Memakai piring kemudian tidak mencucinya, menyimpannya di bawa ranjang,
membiarkan sisa nasi yang ada pada piring tersebut basi, berulat, kemudian
ditumbuhi jamur berwarna kuning sampai bekas tersebut kering.
Apakah
anda seperti anak tersebut atau temannya ?, saya berharap anda bukan seperti teman
anak tersebut, karena mu’min adalah Khalifah di muka bumi ini, takkanlah Khalifah
membuang sampah di sembarang tempat atau membiarkannya berserakan di mana-mana,
bukankah anda adalah orang yang harus mengatur dan menata lingkungan tersebut
?, bagai mana anda bisa mengatur bumi
ini jika mencuci piring saja anda tak sanggup ?.
Juka
kita perhatikan, masih banyak di antara kita yang bukannya membersihkan tapi
malah melakukan hal yang sebaliknya, padahal ummat Islam yang disebut “Khairu
Ummatin” ( umat yang terbaik ), dituntut tanggung jawabnya untuk menjadi
teladan dalam memelihara kebersihan dan mampu membudayakan hidup bersih, baik
karena motif ibadah ataupun hidup sehat.
Mungkian
ada banyak orang yang mencintai kebersihan, akan tetapi kecintaan mereka tidak
tampak disebabkan lebih banyaknya orang yang mungkin tidak cinta akan
kebersihan, di mana mereka rela membuang sampah di sembarang tempat padahal ada
orang yang bersusah payah membersihkannya. Bukankah lebih baik ikut andil dalam
membersihkan (dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat atau mengotori
tempat-tempat yang telah dibersihkan) itu lebih baik dari pada menyusahkan
orang yang telah bersusah payah membersihkannya.
Bagaimana
bisa orang-orang tersebut membuang sampah di sembarang tempat padahal
Rasulullah saw telah bersabda, “Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam
puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “la ilaha illallahu” dan
yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan,
sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim).
Perhatikan
hadist tersebut, jika membuang sampah atau rintangan adalah cabang iman yang
paling rendah maka bagai mana keimanan orang yang malah mengotori ?, bukankah
sampah-sampah itu akan menjadi mudharat bagi banyak orang ?, dengan tidak
memperhatikan kebersihan, maka lingkungan akan menjadi kotor dan dari
kotoran-kotoran itu akan timbul berbagai penyakit yang merugikan banyak orang,
apakah orang seperti ini belum mendengar sabda Rasulullah saw" , لا ضرر ولا ضرار” ?. ia tidak saja merugikan
orang lain, tapi juga merugikan dirinya.
Kebersihan
merupakan permasalahan yang seharusnya kita perhatikan. Mari kita lihat
Negara-Negara maju, sejauh mana mereka memperhatikan kebersihan di negri
mereka, lihatlah bertapa tingginya kesadaran mereka akan pentingnya kebersihan,
mereka membuat berbagai macam peraturan agar terciptanya lingkungan yang
bersih, mereka sanggup mengeluarkan biaya yang begitu besar agar lingkungan mereka
tetap terjaga kebesihanya.
Kita tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh,
di negri jiran misalnya, tepatnya di Tawau (kota kecil di perbatasan Kalimantan
Timur), sangat memperhatikan kebersihan. Jika anda berkunjung kesana, saya
yakin anda tidak akan berani dan pasti akan malu membuang sampah di sembarang
tempat. Kota ini di bangun dengan penataan yang begitu rapi, tempat-tempat
sampah di jumpai di mana-mana, parit-parit di buat sedemikian rupa sehingga tak
sedikitpun air bisa tergenag dan sudah dipastikan, disana anda tidak akan menjumpai
sampah tercecer walaupun hanya puntung rokok.
Mungkin
mereka melakukan itu semua bukan atas dasar ibadah, tetapi hanya karena mereka
mencintai kebersihan dan keindahan. Agama islam yang menaruh perhatian sangat
tinggi terhadap kebersihan, tidak saja melihat kebersihan itu sebagai suatu
keindahan, tapi juga melihatnya sebagi ibadah dan suatu kewajiban yang menjadi
syarat diterimanya sebuah ibadah. Itulah sebabnya hampir disetiap kitab-kitab Fiqh
dimulai dengan pembahasan tentang thaharah (bersuci).
Tujuan dimulainya pembahasan tentang thaharah,
selain agar ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah swt, juaga agar kita tahu bahwa agama Islam memiliki ajaran
kebersihan yang amat lengkap. Agama islam tidak saja mengajarkan tentang
kebersihan lahiriyah tetapi juga mencakup kebersihan hissiyah.
Islam
memberikan prioritas pada masalah kebersihan itu dalam ajaran “ Thaharah ”
sebagai wujud nyata dari usaha untu membina dan menciptakan suatu keadaan yang
baik di bidang kesehatan, menyehatkan lingkungan hidup manusia, terutama
lingkungan fisik, yaitu tanah, air dan udara. Hidup bersih hendaknya menjadi
sikap masyarakat Muslim, karena hidup bersih merupakan tolak ukur dari
kehidupan Muslim.
Namun
dalam aspek perilaku, masyarakat Muslim belum sebagaimana yang dikehendaki
ajaran Islam itu sendiri. Maka tidak heran bila orang sering bicara tentang
kebersihan di negara-negara maju yang kebetulan non-Muslim amat mengagumkan,
Padahal jika kita mencoba menerapkan apa yang di ajarkan oleh agama kita pasti
kita akan lebih baik dari mereka.
Untuk
itu, berusaha hidup bersih dan mencintai kebersihan merupakan suatu keharusan,
karena bersih itu indah dan Allah swt mencintai keindahan. Ketahuilah
bahwa ajaran kebersihan yang diajarkan
di dalam islam tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus
dijadikan pola hidup bagi setiap muslim.
Oleh
karena itu mulai hari ini, tanamkan tekad dalam diri untuk menjadi muslim yang
memperhatikan kebersihan, mencintai kebersihan, menjaga lingkungan dan tempat
tinggal agar tetap bersih, mencengah siapa saja yang akan mengotorinya,
mulailah pada diri sendiri, mulailah di lingkungan tempat tinggal kita dan jika
kita tidak mampu, maka paling tidak kita tidak mengotori lingkungan dan tempat
tinggal kita. Muali hari ini, hidup bahagialah dengan kebersihan.
0 komentar:
Posting Komentar